Blog

TINJAUAN KRATOM DARI SISI FARMAKOLOGIS

by in Uncategorized 13/03/2020

Oleh : Robiyanto, M. PharmSc, Apt

Terkait dengan efek farmakologi dari tanaman kratom, (sumber tulisan : Robiyanto, M.PharmSc, Apt) selaku narasumber dari Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN memaparkan bahwa ada banyak hasil penelitian tentang khasiat kratom (Mitragyna speciosa) yang belum diketahui oleh masyarakat terutama berkaitan dengan senyawa dominan di dalam daun Kratom yaitu mitragynine (MG). Penelitian Watanabe et al. (1997), Yamamoto et al. (1999) dan Takayama et al. (2002) menyebutkan bahwa MG memiliki efek pereda nyeri (antinosiseptif) yang potensinya lebih lemah dibandingkan morfin maupun ekstrak daun Kratom, sehingga dapat disebutkan bahwa MG bersifat parsial agonis terhadap reseptor mu. Ini berarti ada kandungan lain dari daun Kratom yang lebih poten selain mitragynine (MG). Morfin sendiri telah dikenal sebagai analgesik opioid yang banyak digunakan sebagai pereda nyeri tingkat sedang sampai parah.

Penelitian dari Thongpraditchote et al. (1998) dan Matsumoto et al. (2004) membuktikan bahwa senyawa alkaloid indol 7-hidroxymitragynine (7OHMG) ternyata memiliki efek antinosiseptif yang lebih besar dibanding MG ataupun morfin. Akan tetapi, jumlah 7OHMG sangat sedikit sekali di dalam daun Kratom, yaitu hanya sepertiga puluh dari jumlah MG. Dengan demikian 7OHMG tidak memiliki peran langsung yang besar dalam aktivitas farmakologi dari daun K
kratom maupun ekstrak kratom. Inilah mungkin yg menjadi alasan mengapa masyarakat yang sudah terbiasa terpapar dengan bubuk kratom atau mengkonsumsi kratom dalam bentuk minuman seduhan tidak mengalami efek samping yang merugikan dan ditakutkan banyak orang seperti ketagihan.

Meskipun MG dan 7OHMG bersifat agonis terhadap reseptor opioid, struktur molekul MG dan 7OHMG sangat berbeda dengan morfin sehingga konformasi atau bentuk ikatan kedua senyawa ini dengan reseptor opioid kemungkinan berbeda dengan konformasi ikatan dari morfin dengan reseptornya.

Penelitian tentang khasiat kratom semakin berkembang. Pada tahun 2006, Takayama et al. mensintesis MGM-9, suatu senyawa turunan dari 7OHMG. MGM-9 berpotensi sebagai analgesik opioid baru yang menjanjikan karena berikatan dengan reseptor mu dan kappa. Ikatannya pada reseptor mu menghasilkan efek antinosiseptif yang lebih kuat, sedangkan ikatannya pada reseptor kappa menekan efek samping menjadi lebih sedikit dibanding morfin (efek dysphoria). Ada juga penelitian lain tentang MGM-16, senyawa turunan lain dari 7OHMG. Matsumoto et al. (2013) menyatakan bahwa MGM-16 memiliki aktivitas full agonis opioid aksi ganda pada reseptor mu (nyeri akut) dan delta (nyeri kronik). MGM-16 berpotensi untuk mengatasi nyeri kronik lebih efektif dibandingkan dengan obat lainnya, seperti gabapentin (terapi pilihan untuk postherpetic neuralgia).

7OHMG, MGM-9 dan MGM-16, menurut beliau, sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai calon analgesik opioid di dengan manfaat yang lebih besar dan resiko yang lebih sedikit dibanding morfin dan sejenisnya di masa mendatang.

Mengingat lebih dari 90% bahan baku obat di Indonesia merupakan hasil impor, Kita sangat berharap semoga ke depannya Indonesia khususnya Kalimantan Barat bisa menjadi produsen bahan baku ekstrak terstandar dari daun kratom, mengingat potensi kandungan kratom sangat besar untuk dikembangkan sebagai obat analgesik baru di dunia kedokteran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    error: Content is protected !!
    Open chat
    Powered by